Halaman

Selasa, 03 Februari 2015

Film Unbroken: Tentang Memaafkan



“Unbroken” adalah film yang rilis  tahun 2014. Film ini berkisah tentang Louei Zamperini, imigran Italia yang tinggal di Amerika Serikat dan berdasarkan kisah nyata. Siapakah Zamperini?

Louei adalah seorang atlet lari. Dia mengikuti lomba olimpiade mewakili Amerika Serikat di Jerman pada masa Partai Nazi berkuasa. Bakat lari Louei terlihat ketika dia melarikan diri orang yang melihat keisengan dia. Kakak Louei yang sebenarnya sedang mengikuti lomba lari, tertarik dengan bakat dan kemampuan Louei, mencoba melatih Louei. Usaha dikerahkan dan terbayar ketika Louei mengikuti olimpiade antar negara.

Setelah bertanding di olimpiade, Louei memenuhi panggilan negaranya untuk ikut berperang melawan Jepang di kepulauan Pasifik. Malang, dia tertangkap Jepang, dijadikan tawanan perang, disiksa, dan dipaksa untuk berbohong di stasiun radio. Louei lebih memilih disiksa sebagai tawanan daripada hidup enak di Jepang namun harus berbohong tentang kekejaman Jepang. 

Biang keladi penyiksaan Louei bersumber dari “Bird”, komandan Jepang, yang tidak suka dengan Louei. Mulai dari penyiksaan dengan tongkat, memaksa lari bertanding melawan tentara Jepang, memerintahkan para tawanan memukul wajah Louei, hingga mengangkat balok kayu selama mungkin, diterima Louei akibat perintah Bird. Namun pada akhirnya, setelah perang berakhir, Louei memilih memaafkan Bird daripada harus menyimpan dendam kepadanya. Diceritakan bahwa setelah perang berakhir bahwa Louei hendak bertemu Bird, namun Bird menolak. Sampai akhir hayat pun, Louei tetap tak bisa bertemu Bird.

Olimpiade 1996 menjadi cerita manis bagi Louei. Dia didaulat membawa obor yang sedang melewati negara Jepang. Sambutan warga Jepang sungguh meriah. Louei lebih memilih kehidupan setelah perang dengan memaafkan para penyiksanya daripada memenuhi hatinya dengan kemarahan. Selain itu, dia juga melayani Tuhan dengan menjadi pendeta di kampungnya.

Sebuah film dengan kisah sederhana. Seorang atlet lari yang memenuhi panggilan negaranya dengan menjadi tentara, tertangkap, disiksa, dan dibebaskan. Tetapi bisa diceritakan secara detil namun tidak membosankan oleh sang sutradara, Angelina Jolie. Penonton diajak memahami karakter Louei yang memang terlihat lurus untuk ukuran  tentara yang sedang mengalami perang. Kunci pemahaman dari film ini justru terlihat pada bagian akhir. Penonton akan diajak berpikir ulang tentang konsep memaafkan tanpa batas. 

Film ini rilis tahun 2014 beberapa  bulan setelah Louei Zamperini meninggal dunia. Namun dia sempat melihat mentahan film tersebut sebelum mengalami editing. Pada suatu wawancara, Louei Zamperini bersyukur kehidupannya bisa menjadi contoh bahwa memaafkan bukan hanya kepada kawan saja, namun juga kepada musuh yang telah meyakitinya. Ajaran ini merasuk dari kotbah pendeta dari awal film. 

Keunikan lain, Louei Zamperini seolah memiliki tangki tenaga cadangan dalam dirinya. Beberapa kali di film diceritakan ketika dia mulai lelah secara fisik, lawan juga mulai lelah, tiba-tiba Louei mendapat tenaga untuk meneruskan perjuangannya. Justru ketika kelelahan fisik mulai mendera, kekuatan mental Louei mulai muncul dan mampu mengalahkan kelelahan fisiknya. 

Berjuang terus menerus, memaafkan musuh, serta menguasai diri adalah pesan moral dari film ini. Bukan tentang kekuatan fisik yang ditonjolkan, namun keteguhan mental yang seharusnya diuji dan dipertahankan. Salut untukmu, Louei Zamperini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar