“Unbroken” adalah film yang rilis tahun 2014. Film ini berkisah tentang Louei
Zamperini, imigran Italia yang tinggal di Amerika Serikat dan berdasarkan kisah
nyata. Siapakah Zamperini?
Louei adalah seorang atlet lari. Dia mengikuti lomba
olimpiade mewakili Amerika Serikat di Jerman pada masa Partai Nazi berkuasa.
Bakat lari Louei terlihat ketika dia melarikan diri orang yang melihat
keisengan dia. Kakak Louei yang sebenarnya sedang mengikuti lomba lari,
tertarik dengan bakat dan kemampuan Louei, mencoba melatih Louei. Usaha
dikerahkan dan terbayar ketika Louei mengikuti olimpiade antar negara.
Setelah bertanding di olimpiade, Louei memenuhi
panggilan negaranya untuk ikut berperang melawan Jepang di kepulauan Pasifik.
Malang, dia tertangkap Jepang, dijadikan tawanan perang, disiksa, dan dipaksa
untuk berbohong di stasiun radio. Louei lebih memilih disiksa sebagai tawanan
daripada hidup enak di Jepang namun harus berbohong tentang kekejaman Jepang.
Biang keladi penyiksaan Louei bersumber dari “Bird”,
komandan Jepang, yang tidak suka dengan Louei. Mulai dari penyiksaan dengan
tongkat, memaksa lari bertanding melawan tentara Jepang, memerintahkan para
tawanan memukul wajah Louei, hingga mengangkat balok kayu selama mungkin, diterima
Louei akibat perintah Bird. Namun pada akhirnya, setelah perang berakhir, Louei
memilih memaafkan Bird daripada harus menyimpan dendam kepadanya. Diceritakan bahwa
setelah perang berakhir bahwa Louei hendak bertemu Bird, namun Bird menolak.
Sampai akhir hayat pun, Louei tetap tak bisa bertemu Bird.
Olimpiade 1996 menjadi cerita manis bagi Louei. Dia
didaulat membawa obor yang sedang melewati negara Jepang. Sambutan warga Jepang
sungguh meriah. Louei lebih memilih kehidupan setelah perang dengan memaafkan
para penyiksanya daripada memenuhi hatinya dengan kemarahan. Selain itu, dia
juga melayani Tuhan dengan menjadi pendeta di kampungnya.
Sebuah film dengan kisah sederhana. Seorang atlet
lari yang memenuhi panggilan negaranya dengan menjadi tentara, tertangkap,
disiksa, dan dibebaskan. Tetapi bisa diceritakan secara detil namun tidak
membosankan oleh sang sutradara, Angelina Jolie. Penonton diajak memahami
karakter Louei yang memang terlihat lurus untuk ukuran tentara yang sedang mengalami perang. Kunci
pemahaman dari film ini justru terlihat pada bagian akhir. Penonton akan diajak
berpikir ulang tentang konsep memaafkan tanpa batas.
Film ini rilis tahun 2014 beberapa bulan setelah Louei Zamperini meninggal
dunia. Namun dia sempat melihat mentahan film tersebut sebelum mengalami
editing. Pada suatu wawancara, Louei Zamperini bersyukur kehidupannya bisa
menjadi contoh bahwa memaafkan bukan hanya kepada kawan saja, namun juga kepada
musuh yang telah meyakitinya. Ajaran ini merasuk dari kotbah pendeta dari awal
film.
Keunikan lain, Louei Zamperini seolah memiliki
tangki tenaga cadangan dalam dirinya. Beberapa kali di film diceritakan ketika
dia mulai lelah secara fisik, lawan juga mulai lelah, tiba-tiba Louei mendapat
tenaga untuk meneruskan perjuangannya. Justru ketika kelelahan fisik mulai
mendera, kekuatan mental Louei mulai muncul dan mampu mengalahkan kelelahan
fisiknya.
Berjuang terus menerus, memaafkan musuh, serta
menguasai diri adalah pesan moral dari film ini. Bukan tentang kekuatan fisik
yang ditonjolkan, namun keteguhan mental yang seharusnya diuji dan
dipertahankan. Salut untukmu, Louei Zamperini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar