Halaman

Sabtu, 25 April 2015

The Theory of Everything: Bintang Cinta Stephen Hawking dan Jane

Harapan apa yang anda impikan bersama pasangan? Tentu tiap-tiap pasangan memiliki harapan bahwa hubungan mereka akan lancar dan langgeng. Namun kehidupan berpasangan yang lancar jaya dan langgeng tidak akan membuat seseorang mahir dalam mengendalikan bahtera dan membaca tanda-tanda alam. Badai dan tantangan diperlukan untuk menjadikan nahkoda lihai mengendalikan bahtera.

Film tentang Stephen Hawking, The Theory of Everything. Film bercerita tentang kehidupan personal ilmuwan Stephen Hawking dan kisah cintanya. Kisah cinta dengan istrinya, Jane.

Pada Mulanya Adalah Cinta
Kenapa saya memulainya dari cinta? Jane, kekasih Stephen Hawking, tahu apabila Stephen sedang menderita penyakit langka dan sulit disembuhkan. Jane jika memutuskan untuk hidup bersama Stephen, ia akan mengalami kerepotan hidup berumah tangga dengan partner yang terancam lumpuh dalam 1-2 tahun ke depan. Tapi satu saja yang Jane yakini, "I love him, and he love me too."

Ya, itu saja modal Jane untuk hidup berumah tangga dengan Stephen Hawking, calon doktor yang terancam lumpuh total. Itu saja modal Jane untuk memerangi penyakit Stephen Hawking.

Kehidupan baru mereka dimulai, modal Jane diuji. Jane melahirkan seorang bayi laki-laki. Kondisi otot tubuh Stephen semakin buruk tetapi tidak dengan otaknya. Otak Stephen tetap bekerja merumuskan dan menyelesaikan teorema yang diajukannya. Kemudian Jane melahirkan seorang bayi perempuan. Dua anggota keluarga baru namun keadaan Stephen semakin memprihatinkan, ia hanya di kursi roda.

Dalam keterbatasan dan kekuatannya, Jane menunjukkan pengabdian cinta luar biasa kepada Stephen. Ia tahu bahwa Stephen tidak akan bisa bermain dengan anak lelakinya, menuntun anak perempuannya jalan-jalan, atau membelai Jane lagi. Kelumpuhan Stephen Hawking membuat ia tidak mampu menunjukkan ekspresi cinta kepada anggota keluarganya. Sampai akhirnya, Stephen Hawking tidak bisa berbicara dan tak dapat bersuara.

Ada satu titik dalam kehidupan Jane bahwa ia sadar bahwa modal cinta yang ia bawa dan menjadi motor dalam pengabdian rumah tangganya ini sudah habis. Ia terus memberi, ia terus mengabdi, tetapi ia perlu diisi. Apakah Stephen egois, memperbudak Jane alih-alih membayar perawat? Sama sekali tidak. Stephen tahu pengorbanan Jane, Stephen tahu Jane susah payah mengurus dirinya dan dua orang anaknya sekaligus mengejar gelar PhD di puisi Spanyol era pertengahan. Buka hal mudah bagi Jane maupun Stephen. Jane menjerit dalam diam ketika ia sadar kehidupan semakin sulit. Ia sadar bahwa  mereka bukan keluarga yang "normal". Jane merasa lelah. Tetapi apakah itu artinya ia tidak mencintai Stephen? Menyerah? Tidak.

tetapi cinta butuh jeda. Jane butuh aktivitas lain selain berkutat di rumah. Jeda yang ia pilih adalah kembali bergabung dengan paduan suara gereja. Namun jeda ini akan membuat kisah cinta Jane dan Stephen berbeda. Saya tidak tahu apakah cinta di antara mereka semakin benderang atau justru meredup.

Apakah Cinta?
Sosok Jane sepertinya bukan sosok yang spesial. Potret wanita yang mengabdi pada suami walau suami sakit keras. Bukan sosok spesial sebab banyak di sekitar kita ada banyak potret perempuan tangguh seperti Jane. Ibu, mama, simbok. Mereka adalah perempuan tangguh yang memberi diri, mengabdi pada suami dan anak-anak. Tanpa kita sadari mereka juga lelah dan butuh jeda. Cinta yang mereka tunjukkan membuat kita tak sadar cinta itu kumpulan dari energi dan doa tiada henti bagi suami dan anak-anaknya. Itu yang Jane lakukan.

Tetapi kehadiran Jonathan membuat Jane berada di persimpangan perasaan. Sempat terbersit dalam benak saya, apakah Jane masih tetap setia? Di manakah janji sehidup sematinya?

Tapi mari kita lihat dari POV Jane. Jane melihat Jonathan adalah pria yang sehat, pelatih paduan suara gereja, pandai bermain piano, tampan, memenuhi kriteria sebagai bapak yang baik dan meluangkan waktu bermain dengan anak-anak. Apa kekurangan Jonathan?

Itu masih belum cukup menjadi riak dalam kehidupan rumah tangga. Hadir perawat perempuan yang menemani Stephen dengan sabar dan telaten. Pendeknya, Stephen Hawking menjadi jatuh cinta pada perawat tersebut. Sulit diraba perasaan antara Jane dan Stephen, apakah modal cinta itu sudah terkuras habis hingga tidak ada lagi yang merekatkan mereka.

Stephen ke Amerika bersama perawatnya. Jane di rumah bersama anak-anak dan Jonathan. Jadi kepikiran, cinta apakah yang terjadi di antara mereka? Apakah cinta tersebut tak butuh didefinisikan?

Saya bisa memaklumi pendapat beberapa resensi bahwa beberapa orang akan mencaci Jane. Menganggap Jane perempuan tidak setia, perempuan yang janjinya tidak bisa dipegang, meninggalkan Stephen dalam keaadaan parah. Tetapi saya menganggap Jane adalah perempuan normal yang bisa merasa jenuh, lelah, depresi, mengeluh.

Justru yang bisa dijadikan pelajaran, modal cinta saja tidak cukup untuk mengarungi hidup berdua. Modal "I love him, he love me too" tanpa dirawat dengan perhatian, penghargaan akan habis ditarik sampai titik nol. Jane lelah karena hanya dianggap perawat oleh Stephen. Bisa saja itu hanya perasaan Jane karena ketidakmampuan Stephen merespon dan menghujani Jane dengan perhatian layaknya seorang suami. Sementara Stephen menyadari bahwa ia adalah beban bagi Jane. Stephen berpikir bahwa Jane layak mendapat yang lebih baik, hidup normal dengan pria yang normal daripada bersamanya.

entah kenapa saya justru itu adalah cinta Stephen kepada Jane. Memang bukan cinta yang menyala-nyala dan membawa mereka ke dalam pernikahan. Cinta yang mereka miliki di awal pernikahan telah berubah seperti bintang yang mati dan meledak, lalu digantikan dengan bintang terang cinta lain seperti bintang yang baru lahir. Cinta yang merelakan demi kebahagian Jane.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar