Kunjungan Menkominfo, Rudi Rudiantara, bersama tiga
CEO operatir seluler di kantor pusat Google di California, San Fransisco,
Amerika Serikat, menggaungkan ide menarik untuk diceritakan. Beliau beserta
rombongan mengunjungi Google(x) dan melakukan kerjasama uji coba teknis
(technical trial agreement) untuk proyek Google Loon.
Menurut pemerintah RI, proyek Google loon cocok untuk dikembangkan sebagai salah satu jalur
komunikasi bagi daerah yang sulit dijangkau. Berdasarkan pemikiran inilah,
Menkominfo mengajak tiga operator seluler untuk mencoba teknologi tersebut.
Secara garis besar, proyek uji coba teknis akan
dilaksanakan pada tahun 2016. Tentunya daerah yang akan menjadi target ujicoba
berada di Indonesia Timur. Namun para CEO belum bisa menentukan lokasi secara
tepat.
Berdasarkan catatan, proyek Google loon telah
dilakukan pada lima negara, antara lain Selandia Baru, Australia, Amerika
Serikat, Brasil, dan Srilanka. Tidak semua proyek tersebut berjalan dengan
mulus, bahkan beberapa menimbulkan kerusakan instalasi sipil. Patut disyukuri
tidak ada korban jiwa. Namun Google(x) tetap melanjutkan proyek masa depan ini.
Sebenarnya, apa dan bagaimana proyek Google loon
ini? Mengapa pemerintah RI tertarik untuk menggunakan jasa dan mendatangkan
peralatan ini? Serta, mengapa beliau mengajak operator telekomunikasi untuk
bekerja sama B to B? saya akan mencoba merangkumnya dalam tulisan pendek ini.
Pekerja dari tim Google Loon memasang antena internet sedangkan siswa di Brasil memperhatikan mereka |
Proyek Google loon adalah usaha Google untuk
menyebarluaskan penetrasi internet menggunakan pemancar radio yang digantung
pada balon. Balon yang digunakan berisi gas helium. Diameter balon sekitar 15
m. Balon tersebut akan terbang hingga pada lapisan stratosfer dan berada
ketinggian sekitar 20 km dari atas permukaan laut. Ketinggian tersebut
merupakan dua jarak yang mampu dicapai oleh pesawat komersial.
Pemancar radio yang digantungkan pada balon berisi
beberapa sistem kerja. Peralatan tersebut meliputi antena radio, komputer,
pengontrol ketinggian, dan panel surya. Antena radio berkomunikasi antara balon
Google dengan server Google. Selain itu, antena radio juga memancarkan
gelombang radio sesuai spektrum yang diinginkan. Pengontrol ketinggian
berfungsi mengatur ketinggian. Ini berisi sensor-sensor yang mendeteksi arah
angin, tekanan udara. Panel surya berfungsi menerima sinar matahari dan
mengubahnya menjadi energi listrik. Energi listrik akan disimpan pada baterai
dan digunakan sepanjang hari, baik siang maupun malam. Komputer merupakan otak
dari sistem balon Google. Fungsi yang dilekatkan yaitu menerima sinyal dari sensor
dan meneruskannya ke server Google, menerima perintah dari server Google dan
meneruskannya ke pengontrol ketinggian, mengatur pemakaian energi listri dari
baterai, memancarkan gelombang radio ke permukaan bumi sebagai fungsi utama
balon Google.
Pada awalnya, balon Google akan menetap pada satu
titik tetap di atmosfer dan mengikuti rotasi bumi. Namun ide tersebut ditolak.
Kerugian ide tersebut adalah balon akan menghadapi angin stratosfer yang
senantiasa berubah. Konsekuensinya peralatan yang digunakan akan semakin besar
dan berat untuk melawan arah angin. Ide yang dipakai sekarang adalah balon
Google bergerak bebas mengikuti arah angin. Diasumsikan bahwa lapisan
stratosfer berisi beberapa lapisan yang memiliki aliran udara dengan arah dan
kecepatan berbeda. Balon tinggal mengatur ketinggian dirinya sehingga berada
pada area yang diliputi. Permasalahannya, apakah balon tersebut tetap berada
pada rentang wilayah kerjanya?
Google menerbangkan beberapa balon pada beberapa posisi berbeda. Ketika satu balon telah melenceng dari area kerjanya, maka ada balon lain yang menggantikan posisinya. Balon yang telah melenceng tersebut akan diatur ketinggiannya untuk mengikuti arah angin dan kembali pada area kerjanya. Google menginginkan agar balon pada wilayah di mana internet dibutuhkan bukan diinginkan.
Pemasangan panel surya |
Percobaan penerbangan balon Lark |
Google menerbangkan beberapa balon pada beberapa posisi berbeda. Ketika satu balon telah melenceng dari area kerjanya, maka ada balon lain yang menggantikan posisinya. Balon yang telah melenceng tersebut akan diatur ketinggiannya untuk mengikuti arah angin dan kembali pada area kerjanya. Google menginginkan agar balon pada wilayah di mana internet dibutuhkan bukan diinginkan.
Para arsitek balon Google membuat sistem
komputerisasi yang mumpuni. Mumpuni berarti mampu mengolah data ramalan cuaca
serta data dari sensor balon Google untuk dikomputasi menjadi perintah pada
elektronik balon Google. Diharapkan balon Google tetap berada pada jalur dan
area kerjanya.
Satu sistem lagi.
Menjelang masa kerja di stratosfer berakhir, sistem
balon Google juga mengontrol pelepasan peralatan elektronik dengan balon Google
di atasnya. Peralatan elektronik diatur untuk dilepaskan di area yang bisa
dijangkau tim dan dipakai lagi di masa depan. Setelah peralatan elektronik
lepas dari balon maka box elektronik akan mengeluarkan parasut sehingga ketika
mencapai permukaan bumi memiliki kecepatan yang aman untuk manusia. Balon
Google yang masih berada di atas akan perlahan memiliki berat jenis dengan
udara di permukaan. Ketika sampai di atas tanah, bahan balon diharapkan bisa
di-recycle oleh alam.
Balon vs Satelit
Bila ada pertanyaan, mengapa memakai balon sedangkan
ada satelit di atasnya, melingkupi area kerja lebih luas, maka beberapa hal
inilah yang sempat terpikirkan.
Balon Google berada pada ketinggian stratosfer sedangkan
satelit berada pada ketinggian minimal 320 km. Contohnya, satelit LAPAN A2 yang
diluncurkan September 2015 berada pada ketinggian 650 km. Untuk mencapai pada
ketinggian orbit satelit, dibutuhkan teknologi untuk pembuatan, pengorbitan,
dan pemeliharaan. Hal ini adalah kendala yang utama untuk satelit sebagai
komunikasi.
Ruang lingkup satelit lebih luas daripada balon. Namun
agar satelit tetap pada posisi relatif dengan titik di bumi, orbit satelit
perlu sinkronisasi dengan rotasi bumi. Balon yang berada pada lapisan atmosfer,
masih terpengaruh kuat gaya gravitasi bumi. Pengaturan balon hanya menyesuaikan
aliran angin pada lapisan stratosfer.
Kecepatan akses pada satelit mengalami latensi data
cukup lama dibandingkan pada balon. Selain latensi, lebar pita satelit dipakai
secara keroyokan untuk lingkup kerja yang luas. Hal ini berpengaruh pada
kecepatan akses pada receiver di bumi.
Satelit relatif tidak terpengaruh oleh cuaca di
bumi. Sedangkan balon peka terhadap perubahan cuaca. Namun demikian, satelit
juga tidak bebas ancaman dari eksternal. Adanya hujan meteor juga mengancam
keberadaan satelit. Selain itu, badai matahari terkadang mampu merubah posisi
orbital satelit.
Seperti pepatah Cina, jangan menaruh seluruh telur
dalam satu karung, maka keberadaan balon tidak menggantikan satelit sebagai
alat komunikasi di Indonesia, vice versa. Mereka akan saling membantu dan
komplemen untuk menjadi jaringan komunikasi.
Balonet
Balonet merupakan cara Google loon untuk mengatur
ketinggian mengikuti perbedaan aliran angin. Balonet merupakan balon kecil di
dalam balon besar.
Balon besar berisi gas helium. Sedangkan balonet
berisi udara bebas dari luar yang dipompa ke dalam balonet. Secara berat jenis,
balonet lebih berat daripada balon besar. Sehingga ketika Google loon hendak
terbang lebih tinggi maka udara di dalam balonet dipompa keluar. Apabila Google
loon hendak turun maka udara bebas dipompa ke dalam balonet.
Sebenarnya bisa saja balonet berada di luar balon
besar. Namun keuntungan balonet di dalam balon besar adalah perbedaan tekanan
semakin kecil untuk balonet. Bila ada kejadian balonet meledak, maka udara di
dalam balonet akan tercampur dengan balon besar. Hal ini akan mengurangi
kegagalan dalam Google loon.
Kenapa Google Membuat Google Loon?
Hal yang wajar apabila sebuah perusahaan memiliki
riset dan mengimplementasikannya dalam produk mereka. Google menghasilkan uang
dengan menjual jasa mereka melalui internet. Semakin banyak orang terhubung
dengan internet, maka semakin banyak kemungkinan orang untuk memakai jasa
Google. Produk Google seperti Android, Gmail, Apps, Docs, Youtube akan semakin
banyak diakses orang apabila masyarakat pada daerah remote area mampu terhubung
oleh jaringan internet.
Google loon adalah cara Google untuk mencapai negara
berkembang. Ini merupakan rencana jangka panjang. Mungkin saja uang yang
mengalir untuk Google baru akan dirasakan 5-10 tahun mendatang dari proyek ini.
Namun untuk jangka pendek, Google loon akan menaikkan persepsi kemanusiaan pada
konsumen yang telah ada kepada Google.
Peningkatan konektivitas pengguna akan meningkatkan
distribusi sumber daya dan mengurangi ketidakseimbangan informasi. Muara dari
arus komunikasi dan informasi adalah meningkatnya standar hidup individu dan
ini juga menaikkan untuk masyarakat.
Peningkatan standar hidup akan terefleksikan pada
perubahan gaya hidup juga kepedulian terhadap suatu produk. Dengan melakukan
kontrol pada akses internet, secara potensial Google mampu mengontrol individu
pengakses internet agar terekspos dengan produk Google. Biasanya, masyarakat
pada negara berkembang, sesuatu yang baru dan alternatif dari arus utama akan
menjadi pembicaraan dan berpeluang untuk menjadi arus utama baru. Produk Google
akan menjadi gaya hidup mereka, memberi layanan bagi pemakai internet baru,
serta berpeluang menjadi hal yang utama di hidup mereka, selain aktivitas
nyata.
Keuntungan jangka pendek bagi Google saya pikir
masih terlalu kecil untuk mereka dapatkan. Mungkin dengan proyek seperti dengan
operator seluler Indonesia, mereka akan mendapat uang. Namun masih terlalu
kecil. Sebenarnya, keuntungan nyata yaitu adanya penetrasi smartphone pada
daerah terpencil. Keberadaan ini akan meningkatkan pembiayaan mikro terhadap
belanja smartphone daripada basic cellphone. Adanya smartphone akan
meningkatkan pengguna, utamanya android. Hal ini tentu menjadi fokus bagi
Google.
Ketika asimetris informasi telah terkikis dengan peningkatan konektivitas pengguna, maka pengguna akan menghabiskan uang pada apps android, mengeklik produk pada Google search, penggunaan Gmail. Hal ini yang sebenarnya menjad
Tidak ada komentar:
Posting Komentar